" A different world can not be created by indifferent people, be different in the best way of possible and together we can make a difference! "

Tuesday, January 13, 2009

Berita Duka

Innalilahi Wainnailaihi Rojiun..
Telah berpulang mendahului kita semua, saudara "Hamrat Hamka" (Youth Camp 2003)
pada hari Selasa, 13 Januari 2009 dan dimakamkan di Sinjai ba'da Dzuhur
Semoga segala amal-ibadahnya diterima oleh-Nya dan khilaf serta kesalahannya dimaafkan.
Bagi keluarga dan rekan-rekan almarhum, semoga diberikan keikhlasan dan ketabahan hati.

Selamat jalan, kawan... !!

Friday, August 29, 2008

Catatan Dari Perjalanan Di Tembi

Berikut adalah catatan dari Alumni YC07 Fikri, oleh-oleh sewaktu ada kegiatan Indonesia Youth Media Camp di Tembi, Jogja... Tulisannya ini dimuat di Media Online Panyingkul! Bisa juga di baca di sini

.................................................................

“Indonesian Youth Media Camp mempersembahkan, sebuah Radio Diary…Radio Diary,” demikian terdengar suara perempuan yang nampaknya seorang penyiar radio. Cara berbicara perempuan itu riang menghias malam yang dingin di ruang makan Rumah Budaya Tembi, Bantul, Yogyakarta. Sebentar lagi, rekaman suara kami dalam bentuk testimonial radio diary akan dikumandangkan. Kami, para peserta yang terlibat dalam pembuatannya, merasa kurang percaya diri. Mungkin karena ini merupakan pengalaman pertama kami memproduksi program seperti itu. Berbeda dengan mereka yang sudah biasa terlibat produksi film indi atau dokumenter, tentunya tidak segugup kami yang para pemula ini.

Rasa gugup itu semakin kami rasakan karena sebelum karya tiap kelompok diputar, sebelumnya para ”produser” harus menyampaikan kesan dan pengalaman yang didapatkan saat proses membuat karya kelompok tersebut kepada para peserta lain dan juga para merntor dan panitia acara yang berjudul ”Indonesian Youth Media Camp 2008” itu. Selain itu, tentu turut juga menyimak, mereka yang bekerja di rumah makan tersebut. ”Wadduuh... kelompokku yang pertama, lagi!” ujar Teja, peserta dari komunitas Forum Anak Cirebon, mewakili perasaan kami yang rupanya sama-sama tegang. Untungnya, ketegangan itu kemudian bisa mencair dan berubah menjadi suasana yang sangat menyenangkan, sebab terjalin keakraban antara para peserta yang rupanya senang melucu satu sama lain

Setelah pemutaran video diary dan radio diary, saatnya tim Komite Muda menjelaskan mengenai Indonesian Youth Media Festival 2008 yang akan berlangsung keesokan harinya. Bertempat di Taman Purawisata, Yogya, acara yang digelar pada 9 Juli 2008 yang diselenggarakan oleh Tim Komite Muda yang pernah mengikuti beberapa program "Kampung Halaman", dapat diikuti gratis oleh para pengunjung Taman Purawisata. Namun sayang, karena peserta umumnya sudah cukup letih usai melakukan perjalanan wisata di pagi harinya hingga menjelang petang, mulai dari mengunjungi Candi Prambanan, Istana Keraton dan juga Malioboro, penjelasan itu tak begitu disimak akibat rata-rata sudah didera rasa ngantuk.


IYMCF 2008

Indonesian Youth Media Camp & Festival 2008 merupakan bengkel kerja “melek media” yang diadakan organisasi “Kampung Halaman” yang berlangsung selama delapan hari, tanggal 2 – 9 Juli 2008 dan berlokasi di Yogyakarta. Program ini terdiri atas dua bagian, yaitu Indonesian Youth Media Camp (IYMC) dan Indonesia Youth Media Festival (IYMF). Lokasi dan tanggalnya pun tidak sama. Untuk IYMC, kegiatannya dimulai dari 2 – 8 Juli 2008, bertempat di Rumah Budaya Tembi, Bantul. Sedangkan IYMF berlangsung hanya dalam sehari, yaitu 9 Juli 2008, di Taman Purawisata. Kedua lokasi ini masih dalam wilayah D.I. Yogyakarta.

Tema besar dari program ini yang tujuannya mempertemukan berbagai komunitas remaja yang tersebar di seluruh Nusantara ini adalah Ayo Berbagi Cerita. Diharapkan, para pserta secara merdeka dapat menyampaikan pemikiran masing-masing tentang kehidupan sekitar melalui media. IYMCF mengharapkan agar para remaja tidak lagi menjadi konsumen pasif media yang selama ini biasanya menjadi subyek yang memproduksi citra tunggal bersifat konsumtif tentang mereka. Untuk itu, para remaja perlu diberi bimbingan oleh para mentor profesional tentang bagaimana menyampaikan cerita dan pemikiran melalui lima media yang dalam acara ini disebut video diary, radio diary, koran komunitas, blog, dan My Motto T-Shirt sebagai image tandingan dari image remaja hideonis di media mainstrem selama ini.

Video diary adalah video yang ceritanya berangkat dari pengalaman dekat para peserta. Pengalaman dekat maksudnya segala sesuatu yang mereka lihat, dengar, dan rasakan setiap hari di lingkungan sekitar. Secara teknis tidak berbeda dengan film dokumenter. Di video diary para peserta belajar tentang penggunaan kamera, teknik pengambilan gambar, penulisan naskah, ataupun editing. Sedangkan radio diary merupakan sebuah program radio yang ceritanya juga berangkat dari pengalaman dekat peserta. Di kelas ini, para peserta belajar bagaimana menciptakan theater of mind, menulis naskah yang menarik, teknik menggunakan alat perekam, cara mengatur nafas saat merekam suara, intonasi, sound effect, ataupun editing.

Mulanya, mayoritas dari 31 peserta dari 17 komunitas memilih kelas video diary. Ini karena ada beberapa komunitas yang kedua perwakilannya memilih kelas ini, termasuk saya dan Kak Windah yang sama-sama berasal dari satu komunitas, yakni Rumah Kamu (Rumah Kaum Muda). Namun agar seimbang, harus ada yang mengalah beralih ke radio diary. Ada beberapa peserta yang suit atau dalam bahasa Makassar disebut pus untuk menentukan siapa yang harus pindah. Tentu yang kalahlah yang harus pindah ke kelas radio diary.

Kami yang mengikuti kelas radio diary, cukup bisa menikmati materi yang diajarkan. Banyak hal baru yang kami dapatkan yang membuat kami betah dan menikmati belajar di kelas ini. Salah satu penyebabnya mungkin karena saat pertama kali di kelas ini, para mentor memutarkan beberapa contoh rekaman yang cukup menarik dari radio diary yang telah diputar di stasiun-stasiun radio.

Selanjutnya kami dilibatkan secara aktif dalam pelajaran. Sebelum membuat radio diary, setiap kelompok harus menentukan tema cerita mereka. Kelompok saya terdiri dari Widya (Cirebon), Sukron (Indramayu), Danang (Jogja), saya dan seorang fasilitator pendamping bernama Saiful. Tema kelompok kami saat itu adalah ’bertanggung jawab pada diri sendiri’

Para Peserta

Seperti yang telah disinggung sedikit di atas, para peserta yang mengikuti program yang pertama kali diadakan ini berasal dari 17 komunitas dari berbagai daerah di Indonesia. Kebanyakan peserta merupakan pelajar SMU, selebihnya pelajar SMP, mahasiswa, dan ada juga yang tidak sekolah. Setiap komunitas membawa 2 perwakilan pesertanya. Jumlah peserta semuanya 31 orang. (Ada 3 komunitas yang masing-masing hanya membawa seorang perwakilannya).

Selama seminggu lebih sehari kami bersama, saya mendapatkan teman-teman yang masing-masing memiliki karakter, keunikan, bakat, dan kisahnya sendiri. Misalnya saja salah satu rekan yang ternyata termasuk jenis manusia unik, karena sejak kecil hingga kini suka makan sabun mandi, dan tak terjadi sesuatu yang membahayakan kesehatan dirinya. Adapula rekan peserta yang ternyata sudah pernah menjadi penyiar radio. Namanya Sukron, ia jadi penyiar di Sanggar Teratai. Ia mengaku pernah tinggal di Jakarta selama dua tahun lantaran kabur dari rumah. Alasan sebenarnya adalah hal yang klasik, yaitu hambatan ekonomi. Ia ke ibukota tanpa uang sepeserpun. Ia hanya membawa gitar yang dipinjamnya dari seorang teman. Dengan modal itu, ia menumpang bis dari Indramayu ke Jakarta sambil mengamen. ”Kan kalau pengamen gak usah bayar,” ungkapnya.

Selain dua yang unik di atas, ada pula peserta yang datang dari rimba. Tepatnya dari pemukiman suku Anak Dalam di pedalaman Jambi. Mereka adalah Bekinya (19) dan Sepinta (18), perwakilan Komunitas Konservasi Indonesia – WARSI. Saat pertama berkenalan di kamar peserta, keduanya tampak canggung. Bukan mereka yang memperkenalkan diri. Abdul Rahman, fasilitator merekalah yang memperkenalkan keduanya kepada kami para peserta yang ada di situ. ”Mereka belum terlalu lancar berbahasa Indonesia. Jadi, sering-sering aja diajak ngobrol supaya akrab, ya!” pesan Abdul Rahman.

Banyak hal positif yang didapatkan para peserta dalam acara ini. Bukan sekedar materi yang memang sudah ditargetkan panitia untuk ditransferkan, tapi juga berbagi cerita yang sebenar-benarnya dari para peserta yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Sosok-sosok peserta dalam acara itu sepertinya bisa mementahkan imej hidonis yang dicitrakan kebanyakan sinetron Indonesia, sebagaimana motto panitia : ”Kami percaya di mana pun, anak muda adalah komunitas terpenting yang bisa menjamin keberhasilan proses regenerasi pengetahuan di masyarakat.”

Wednesday, April 23, 2008

Pemutaran Film "Into The Wild"



Pemutaran Film " Into The Wild "

Sabtu, 26 April 2008
Pukul 19.00 - selesai
di Cafe Baca Biblioholic

kerjasama : Cafe Baca Biblioholic & Rumah KaMu


Judul: Into the Wild
Sutradara: Sean Penn
Skenario: Sean Penn
Berdasarkan buku karya Jon Krakauer
Pemain: Emile Hirsch, William Keener, Marcia Hay Garden, Hal Holbrook


Bayangkan hidup di antara kebesaran alam tanpa peta; tanpa jam dan tanpa peradaban. Inikah yang dicari seorang Chris McCandles di ujung dua tahun petualangannya di dalam keganasan alam? Sutradara Sean Penn mengangkat Into the Wild karya Jon Krakauer ke layar lebar, buku berdasarkan kisah nyata Chris McCandles, putra sulung dari sebuah keluarga yang berkecukupan. Pendidikan tinggi di Emory College melicinkan jalannya meneruskan ilmu hukum di Universitas Harvard; sementara orang tuanya yang bangga menyiapkan hadiah mobil bagi Chris yang sudah menjadi sarjana.

Tetapi Chris menginginkan jalan yang berbeda.Dia membakar kartu kredit dan kartu identitasnya; dia menyumbangkan uang tabungan US$ 24 ribu (yang disiapkan untuk biaya pendidikan ke Harvard) ke Oxfam; dan dia meninggalkan Washington beserta mobilnya; dengan ransel, sedikit beras, serta beberapa botol air minum, dia pergi bertualang mencari diri.

Dengan suara Eddie Vedder (vokalis Pearl Jam), Sean Penn memulai filmnya di tengah perjalanan Chris—yang menggunakan nama samaran Alexander Supertramp—di Alaska. Film itu dimulai dengan beberapa kalimat buku harian Chris yang ditulis di tengah layar; teknik yang jarang digunakan para sineas, tapi tampak begitu pas, liar sekaligus menimbulkan rasa ingin tahu yang besar.

Apa yang dicari Chris? Apa dia gila; otaknya terbalik atau dia memang ingin bermesraan dan berpelukan dengan alam yang—sering begitu—ganas dan kejam?
Pada akhirnya, Chris menemukan kedamaian di dalam sunyi.(Leila S. Chudori)
(Dari Majalah TEMPO Edisi. 43/XXXVI/17 - 23 Desember 2007)

Buku “Into The Wild” (non fiksi) karya Jon Krakauer dapat dibaca di Cafe Baca Biblioholic



Thursday, February 14, 2008

Kerjasama Yes ! Kompetisi No!

Berikut Catatan dari Alumni Youth Camp 2008, FENNY KRISTANTI yang membagikan pengalamannya mengikuti Program Youth Camp. Artikel ini dimuat di media online Panyingkul! pada hari Senin 11 Februari 2008. Bisa dilihat pula di sini.
-------------------------------------------------------------------------------------

Citizen reporter Fenny Kristanti, siswi SMAN 1 Makassar yang mengikuti program Youth Camp 2008 yang diselenggarakan Rumah Kaum Muda, Makassar membagi pengalamannya mengenai pendidikan alternatif yang membuka wawasan dan kesadarannya sebagai seorang pelajar. Salah satu yang dipelajarinya selama sebelas hari tinggal di desa, bahwa kegiatan belajar berbasis kerjasama jauh lebih efektif dan menumbuhkan kepercayaan diri, dibandingkan metode pengajaran yang berbasis kompetisi semata. (p!)





Wow! Itulah kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaan saya. Bersama 19 siswa-siswi SMA dari berbagai sekolah se-Sulsel, saya mengikuti Youth Camp, program tahunan Rumah Kamu (Rumah Kaum Muda), berupa pendidikan alternatif dalam bentuk penelitian lapangan. Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti program penelitian untuk remaja yang dilaksanakan di luar daerah.

Program ini berlangsung dari tanggal 5-16 Januari 2008 lalu. Youth Camp tahun ini mengambil lokasi di Bulukumba. Tepatnya di Dusun Bogo dan Tatturaeng, Kelurahan Ekatiro, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba. Untuk mencapai tempat ini, kami menempuh perjalanan sekitar 6 jam dari Makassar. Daerah ini berada di pesisir pantai, namun mata pencaharian penduduknya lebih dominan bertani dan berkebun. Selama 8 hari kami tinggal di dusun tersebut bersama para penduduk yang menjadi orang tua angkat.

Kami dibagi ke dalam beberapa kelompok penelitian sesuai minat masing-masing dan didampingi oleh dua orang fasilitator. Bidang-bidang penelitian untuk Youth Camp 2008 ini adalah sejarah lokal, mata pencaharian, kesehatan lingkungan, pendidikan, dan pemanfaatan SDA (sumber daya alam). Saya sendiri adalah salah satu anggota dari kelompok penelitian bidang pendidikan. Saya dan ketiga orang teman saya; Andi Nurfadillah (SMAN 3 Watan Soppeng), Samriana dan Aksan Surya Wijaya (SMAN 5 Pare-Pare) kemudian mendiskusikan hal apa yang menarik perhatian kami sehingga memilih masuk dalam penelitian bidang pendidikan. Dan pertanyaan yang tepat untuk menggambarkan pusat perhatian kami adalah “Apakah yang diajarkan di sekolah dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh sekolah tersebut memiliki benang merah dengan cita-cita siswa itu sendiri?” Untuk menjawab pertanyaan itu maka dibentuklah kelompok penelitian bidang pendidikan.

Sungguh pengalaman yang sangat berkesan bagi saya saat mewawancarai para siswa siswi SDN 138 Basokeng, SMPN 1 Bontotiro, MTsN 1 Bontotiro, dan SMAN 1 Bontotiro. Mewawancarai pelajar berbagai usia! Ini belum pernah terjadi dalam hidup saya. Di sekolah saya di Makassar, saya memang pernah mewawancarai anak SMA. Tapi saya sama sekali belum pernah mewawancarai anak SD. Kata-kata yang kami gunakan haruslah sesederhana mungkin agar mereka dapat mengerti pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Saya juga harus menerapkan model SKSD (sok kenal, sok dekat) dengan anak-anak SD tersebut. Sama halnya dalam mewawancarai siswa dan siswi SMP, MTs dan SMA.

Saat saya dan ketiga orang teman saya datang ke sekolah-sekolah tersebut, kami bagaikan artis yang dikerumuni penggemar. Setiap kami berjalan, rasa-rasanya kami selalu menjadi pusat perhatian. Entah mengapa hal itu bisa terjadi. Mungkin karena sudah ada pengumuman dari pak Camat di sana bahwa kami akan datang ke sekolah-sekolah di desa itu. Atau mungkin karena ada adik angkat kami yang bersekolah di sekolah itu dan menceritakan bahwa kami bukanlah orang dari daerah tersebut.

Dari hasil wawancara, kami mendapatkan banyak informasi yang cukup membuat saya dan teman-teman kaget. Di antaranya mengenai upaya pemerintah setempat untuk mengatasi maraknya penggunaan ponsel. Pak Camat setempat ternyata turun langsung ke sekolah-sekolah menyampaikan sebuah aturan yang melarang siswa-siswi di kecamatan itu membawa ponsel ke sekolah! Banyak hal lainnya yang kami dapatkan dari hasil mewawancarai para siswa itu. Yang jelas, dari hasil obrolan itu tampak bahwa meski mereka tinggal di desa, tapi soal cita-cita dan berbagai informasi gaya hidup, misalnya, mereka tidak kalah dengan pelajar di kota besar.

Apa yang saya dapatkan dari Youth Camp? Saya merasakan suasana belajar yang demikian bebas. Selama 11 hari saya menjadi siswa SMA yang tidak terlalu mementingkan angka-angka yang harus diraih di sekolah formal. Saya belajar mengenal lingkungan, mengasas kemampuanmenjalin hubungan pertemanan, menumbuhkan rasa peduli dan rasa ingin tahu pada lingkungan.

Setelah mengikuti Youth Camp 2008, pandangan saya tentang desa berubah. Tadinya saya berpikir bahwa orang desa itu kotor, jorok, tidak berpendidikan, miskin, dan orang-orangnya seram. Ternyata saya salah! Mereka ramah, bersih dan juga punya rasa ingin tahu tinggi terhadap kami yang pendatang. Tentu yang paling menyenangkan, karena saya memiliki teman dari berbagai daerah. Saya juga senang dengan tradisi membuat jurnal yang diperkenalkan selama program ini.

Saya belajar untuk mendengar orang lain, bukan hanya mau didengar saja, menghargai pendapat orang lain, dan saya juga belajar untuk bersosialisasi dan mandiri di lingkungan dan orang-orang yang baru. Dan yang paling saya suka dalam Youth Camp ini adalah “Kerja sama ,Yes-Kompetisi No!” yang merupakan motto dari Youth Camp ini. Tidak ada perbedaan antara ketua OSIS atau siswa yang selalu mendapat ranking, dengan siswa yang biasa-biasa saja. Pokoknya semua sama, semua harus percaya diri. Terima kasih Youth Camp, Terima kasih Rumah Kamu!

O, ya saat saya kembali ke sekolah, salah seorang guru sempat salah paham tentang Youth Camp yang saya ikuti. Guru itu berpikir saya mengikuti perkemahan salah satu aliran agama ajaran sesat dan ia sungguh mengkhawatirkan keselamatan saya. Ah, mungkin bapak dan ibu guru di sekolah saya perlu diikutkan Youth Camp berikutnya untuk melihat betapa indahnya pendidikan alternatif yang baru saja saya ikuti.(p!)

Thursday, January 03, 2008

Berduka

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Telah kembali pada Sang Penciptanya, saudara kita
" Rezky Fauzi (Uchi)" alumni Youth Camp 2005, adinda kak Hasriadi (Ary)
pada hari Minggu, 30 Desember 2007, sekitar pukul 22.00 WITA
setelah sempat dirawat di ICU RS Wahidin Sudirohusodo Makassar karena kecelakaan.
Dimakamkan di Bulukumba pada hari Senin, 31 Desember 2007

Mari kita doakan semoga segala amal ibadahnya diterima oleh-Nya
dan dosa serta khilafnya diampuni.
Dan keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dan ketabahan.
Amin

Saturday, December 29, 2007

Daftar Nama Peserta Youth Camp 2008

DAFTAR NAMA PESERTA YOUTH CAMP 2008

1 Muliani SMK Pratidina Makassar
2 Syarifah Mutaminna Mardin SMA YPS Sorowako
3 Yeti SMA YPS Sorowako
4 Fauziah Nur Aisyah SMA YPS Sorowako
5 Yudi Sahdillah Nur SMA Neg. 5 Pare-Pare
6 Samriana SMA Neg. 5 Pare-Pare
7 Aksan Surya Wijaya SMA Neg. 5 Pare-Pare
8 Andi Nurfadillah SMA Neg. 3 Wt.soppeng
9 Qalbia Muh. Nur SMA Neg. 3 Wt.soppeng
10 Fardillah Qurrata A'yun SMA Neg. 20 Bandung
11 Sri Dzurriyani SMA Neg. 2 Wt.soppeng
12 Rekayasa Hadianto SMA Neg. 10 Makassar
13 Teguh Hidayat SMA Neg. 10 Makassar
14 Andi Nurul Virninda SMA Neg. 1 Wt. Soppeng
15 Sitti Rabiah SMA Neg. 1 Wt. Soppeng
16 Arfahnuriadi Bahrun SMA Neg. 1 Sigeri
17 M Ditia SMA Neg. 1 Makassar
18 Fenny Kristanti P SMA Neg. 1 Makassar
19 Ainum Jhariah Hidayah SMA Neg. 1 Bulukumba
20 Ismi Nur Wasiah Ibnu SMA Neg. 1 Bulukumba
21 Akmal SMA Neg. 1 Bulukumba
22 M. Faisal SMA Neg, 1 Soppengriaja
23 Irma Fidela Pest. Pondok Madinah Putri
24 Jusmianti Pest. Pondok Madinah Putri
25 Bisri Syamsuri Madrasah Aliyah Pompanua




INFORMASI BAGI PESERTA YOUTH CAMP 2008

1. Dokumen

a. Surat izin mengikuti Youh Camp 2008 dari sekolah yang bersangkutan (segera menghubungi panitia bila tidak mendapatkan surat tersebut)

b. Surat Keterangan Sehat

c. 1 Lembar Pas Photo (3 x 4 cm) hitamputih/warna

2. Registrasi dan Pelaksanaan

Peserta diharapkan berkumpul di sekretariat Rumah KaMu Jl. Perintis Kemerdekaan No:76, Km.9 Makassar pada hari Sabtu, 5 Januari 2008 pukul 07.30 Wita untuk melakukan registrasi dan pemberangkatan rombongan.

3. Biaya

Panitia pelaksana menanggung semua biaya konsumsi, akomodasi, dan transportasi selama program YC berlangsung (5 – 16 Januari 2008), kecuali: Biaya pengeluaran pribadi/kelompok diluar program Youth Camp 2008

4. Barang-barang yang harus dibawa

a. Pakaian

Pakaian yang anda bawa sebaiknya yang nyaman dan tidak ketat. Harap membawa pakaian tebal seperti jaket dan sweater, kaos kaki, dan topi. Sepatu yang dipakai lebih baik sepatu kets dan sandal. (Outdoor equipment)

b. Tas

Sangat dianjurkan menggunakan tas ransel (carrier) dan bukan koper.

c. Obat-obatan

Sebaiknya membawa obat pribadi yang anda gunakan seperti obat flu, sakit kepala, sakit perut, vitamin, dan sebagainya. Terutama yang mengidap penyakit khusus seperti asma.

d. Perlengkapan Lain

Diharapkan membawa senter, jas hujan atau payung, perlengkapan mandi dan alat tulis menulis.


Saturday, October 06, 2007

Youth Camp 2008, Call for Application

Youth Camp 2008 Call for Application

Youth Camp, apaan tuh..??

Sebuah program pendidikan alternatif dalam bentuk pelatihan penelitian lapangan. Program ini terdiri atas tiga tahap, yaitu orientasi program (berupa teknik-teknik penelitian, pengenalan fasilitator dan isu-isu penelitian), penelitian lapangan, dan homestay (tinggal di rumah penduduk) serta penulisan dan presentasi laporan

Kapan..??

Youth Camp akan dilaksanakan pada tanggal 5-16 Januari 2008, bertempat di Kelurahan Ekatiro, Kabupaten Bulukumba.

Tujuannya apa sih...??

- melatih kemampuan dasar penelitain lapangan

- mengembangkan kualitas kepribadian dan kepercayaan diri

- menumbuhkembangkan kesadaran kritis dan empati serta persahabatan sesama peserta dan masyarakat luas

- memperkenalkan konsep-konsep pembelajaran seperti ‘pembelajaran mandiri’ dan ‘belajar dari masyarakat’, yang intinya adalah demokratisasi dalam pendidikan

Siapa saja yang boleh ikutan...??

Siswa-siswi SMU/sederajat di Sulawesi Selatan yang lulus seleksi (berkas dan wawancara) dengan kriteria masih duduk dikelas 1 & 2, cukup aktif dalam kegiatan intra dan ekstra sekolah, serta memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan melakukan perubahan.


Berapa biayanya...??
Panitia akan menanggung biaya konsumsi, akomodasi dan transportasi selama program Youth Camp berlangsung alias GRATIS

Siapa Fasilitatornya..??
Tim Fasilitator berasal dari Lembaga Rumah KaMu yang merupakan alumni FASID Fieldwork Program, yakni pelatihan penelitian lapangan untuk profesional muda dari Jepang dan negara ASEAN (www.fasid.or.jp)


Pendaftarannya gimana..??
Waktu pendaftaran mulai tanggal 26 September – 10 November 2007
Siswa yang lulus seleksi berkas akan diundang mengikuti tes wawancara
Formulir pendaftaran dapat diperoleh di :

- Kafe Baca BIBLIOHOLIC
Jl. Perintis Kemerdekaan km 9 no 76
Tamalanrea (depan kantor Mercedes Benz)
Makassar

Contact Person : Indah (0411 5220904)
Anna (08164383583)

Email : rumah_kamu@yahoo.com
Blog : www.rumahkamu.blogspot.com

Bebaris kata alumni Youth Camp

“ Youth Camp membuat saya sadar begitu banyak hal yang terjadi di sekitar yang saya ketahui hanya kulit luarnya. “ (Suci Triyanti M, Youth Camp 2003)

“ Youth Camp sebenarnya bukan (hanya) format pendidikan alternatif di Indonesia. Seharusnya, justru menjadi konsep dasar sistem pendidikan nasional. Selama ini pendidikan kita kebanyakan teori . “ (Fandi A. Syarif, Youth Camp 2004)

“ ...setiap materi diawali dengan permainan. Kami dilatih menganalisa/mencari apa maksud dibalik sebuah materi. “ (Nurlina Salehe, Youth Camp 2004)


Yang Bikin Siapa sih...??
Rumah KaMu (Rumah Kaum Muda) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan kaum muda. Berdiri tahun 2003.

Visi Rumah KaMu adalah menjadi lembaga terpercaya dalam memfasilitasi kaum muda agar tumbuh dengan pikiran kritis, menghargai keanekaragaman, dan tergerak untuk memberikan sumbangsih nyata demi lingkungan sekitar, dan dunia yang lebih baik.

Rumah KaMu berbenah menjadi sebuah pusat pelatihan, penelitian dan dokumentasi isu-isu pengembangan generasi muda dalam segala aspek.

“...let’s join, and together we can make a change..!!”