" A different world can not be created by indifferent people, be different in the best way of possible and together we can make a difference! "

Saturday, August 25, 2007

Artikel : "Sekolah, Pendidik, dan Bangsa (yang) Up to Date"

(oleh Fandi A.S, alumni Youth Camp 2004)



Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

(foto : beritajakarta.com)


Sekolah. Menurutku sekolah itu selain tempat mengajarkan kita dasar keilmuan seperti tulis-menulis, membaca dan mendengarkan, sekolah juga harus mempersiapkan kita agar menjadi orang yang mampu menyerap, mengolah, mempraktikkan dan mengambil ilmu dari masyarakat, termasuk ekonomi dan sosial. Semisal, dulu di sekolah tidak ada Internet, nah kita harus belajar sendiri untuk bisa mengenal, menggunakan dan memanfaatkan Internet setidaknya untuk diri sendiri dan syukur-syukur dapat dimanfaatkan untuk orang banyak. Jadi Istilahnya, sekolah yang baik bagi saya adalah sekolah yang bisa membentuk siswanya kelak setelah lulus bisa berkembang sendiri di lingkungan dengan mempergunakan otak mereka sendiri yang telah diisi tetek bengek keilmuan yang dibutuhkan di masyarakat dalam perkembangan zamannya. Karena ilmu pengetahuan, masyarakat dan kehidupan, ekonomi, sosial, pola pikir generasi terdidik dan segala macamnya (atau kita sebut saja “Perkembangan Zaman”) terus berkembang dan maju. Artinya sekolah juga harus terus bisa mengikuti perkembangannya dengan perubahan-perubahan strategi, langkah-langkah yang up to date juga agar bisa memenuhi tuntutan “Perubahan Zaman” sehingga anak didiknya dapat berhasil untuk hidup mapan di dunia masyarakat baik secara nasional maupun kelak secara global.

Nah, sekolah yang menurut saya semestinya up to date, yakni sekolah yang mengerti tuntutan zaman, kebutuhan bangsa, masyarakat dan dunia. Sekolah yang tidak up to date, tidak mengikuti “Perubahan Zaman” atau dalam artian hanya mengajarkan keilmuan dasar seperti menulis, membaca dan mendengar saja yang nantinya akan menciptakan masalah besar buat bangsa ini akibat kurang tanggap terhadap perkembangan kebutuhan masyarakat baik secara ekonomi dan sosial. Dan menurut saya, salah satu masalah yang telah timbul dari sekolah yang tidak up to date ini adalah jumlah pengangguran yang meningkat di negeri ini. Jumlahnya mencapai 10,55 juta jiwa, (sumber: BPS dan Departemen Dalam Negeri Indonesia, 16/05/2007), itu dikarenakan dunia pendidikan kita tidak menlihat sebenarnya apa yang dibutuhkan bangsa; dunia dan masyarakat kita ini.

Berdasarkan pengalaman saya, di sekolah (mungkin termasuk orang tua kita juga) pada umumnya mengarahkan kita untuk bercita-cita menjadi pegawai negeri sipil, polisi, dokter, bekerja di pemerintahan yang notabene semua itu volume penyerapan tenaga kerjanya sangat kecil. Dan ini secara tidak langsung artinya hanya mengajarkan bahwa orang berhasil apa bila menjadi seperti profesi seperti yang didoktrinkan tersebut dan yang ada, para siswa mempersiapkan diri sesuai kapasitas yang didoktrin tersebut. Padahal kenyataanya adalah tantangan yang dihadapi adalah sangat jauh lebih besar dari itu, mulai dari besarnya perbandingan antara jumlah pelamar dan jumlah yang diterima sehingga kualifikasi yang diminta adalah yang terbaik dan belum lagi menghadapi persaingan kualifikasi dari orang luar negeri, dan yang ada para lulusan ini menjadi tidak memenuhi tuntutan pasar dan kebutuhan masyarakat ataupun tidak terpakai karena memang ruang untuk kualifikasi mereka sudah terisi. Penuh!. Belum lagi munculnya diskriminasi pekerjaan. Bahwa pekerjaan A lebih tinggi derajatnya daripada pekerjaan B, atau pekerjaan C lebih bergengsi dibanding pekerjaan D, dan seterusnya. Kenapa akhirnya timbul banyak pengangguran adalah karena kita sudah banyak didokrin untuk selalu mencita-citakan hanya menjadi pekerja, bukannya mengajarkan kita untuk mencipta, berkreasi, dan menjadi kreatif secara mandiri seperti berwiraswasta baik dalam skala kecil, menengah dan besar.

Menurut buku yang pernah saya baca, bahwa pada awal permulaan Revolusi Industri di Prancis, Inggris, kawasan Eropa dan lalu menyebar ke seluruh pelosok bumi, dunia mulai membutuhkan tenaga kerja bersifat administratif, buruh, sales, marketing, akuntan dan manajer. Tetapi pada abad ini, para pekerja telah menempati lowongan tersebut dan mereka yang sudah pensiun berjumlah lebih sedikit dan tidak sebanding dengan lulusan sekolahan yang siap bekerja di posisi tersebut. Dan sayangnya sekolah kita mempersiapkan dan mengarahkan kita menuju ke dunia yang peluangnya sedikit serta kita kekurangan informasi tentang bagaimana sebenarnya ‘dunia’ itu yang lambat laun harus dihadapi untuk bertahan hidup agar tidak menjadi pengangguran. Dengan adanya lulusan yang menjadi pengangguran berarti sekolah tersebut telah gagal mendidik murid-muridnya menjadi orang yang bisa berkembang sendiri terhadap perubahan lingkungan.

Tak bermaksud merendahkan siapapun atau memberi penilaian buruk dengan menggunakan logika saya ini, tetapi inilah gambaran yang saya tangkap dari hasil pendidikan bangsa ini dalam menghadapi dunia global. Menurut saya, lulusan universitas yang memilki kecerdasan intelektual yang (semestinya) lebih daripada pekerja TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang notabene hanya lulusan SMA, SMP bahkan SD, tapi yang ada malah mereka lebih memiliki pendapatan yang jauh lebih besar dibanding kebanyakan para lulusan intelektual kita ini. Dan parahnya, lulusan sarjana kita tidak dipakai di perusahaan asing atau setidaknya berada dibawah lulusan sekolah/universitas luar negeri pada perusahaan asing dan juga perusahaan dalam negeri. Artinya dimana sebenarnya posisi para intelektual sarjana itu sendiri dalam dunia global ? Apakah pendidikan kita sendiri sudah mempersiapkan kita menjadi pemain dalam kiprah dunia global dan bukan hanya sebagai pekerja saja dan sendi-sendi lainnya dalam era pesar bebas ini? Jikalau belum, berarti bangsa ini cenderung akan menjadi bangsa yang konsumtif saja dan bukan bangsa yang produktif. Kalau begini terus, bangsa kita hanya akan menjadi negara pembeli ditengah era globalisasi dan tetap menjadi negara yang miskin atau setidaknya negara yang kesulitan berkembang ! Sudahkah sistem pendidikan kita tersadarkan dengan kenyataan yang akan kita hadapi beberapa tahun kedepan ini ?

Sekolah yang pernah saya jalani sewaktu SMA adalah sekolah yang masih terlalu umum buat saya, dalam artian sekolah yang kurang dan malah mungkin tidak pernah memberi informasi tentang dunia kerja. Sebagai contoh, sekolah yang mengaku mengutamakan bahasa Inggris sebagai life skill ini serta usahanya untuk mencerdaskan anak-anak didiknya dalam berbahasa Inggris dalam kenyataannya ternyata biasa-biasa aja atau mungkin kalau boleh jujur, kurang sama sekali ( but I still love my school lho...!) Lain lagi halnya di tempat kuliah saya, (sebagai catatan, saya memilih institusi ini karena saya melihat peluang kerja Internationalnya terbuka lebar dimana setiap tahun jumlah kapal-kapal terus bertambah mengikuti perkembangan ekonomi dunia dan orang yang mau menjadi pelaut terus berkurang. Siklus pelaut yang ingin pensiun dini sangat banyak dengan alasan ingin bekerja di darat terutama di benua Eropa dan Asia ataupun telah mempunyai dana yang cukup untuk mulai berbisnis (Insya Allah saya akan memulai lebih dini untuk membangun bisnis). Sayangnya, di institusi ini dimana saya dipersiapkan menjadi nakhoda kapal yakni dengan cara melatih fisik 70% dan knowledge hanya 30%. Belum lagi kondisi yang tidak kondusif di asrama yang mengakibatkan kemungkinan 30% knowledge tersebut kian berkurang. Padahal seharusnya poin utama yang harus disiapkan untuk kalangan pemimpin seperti nakhoda di atas kapal yang notabene bekerja dalam lingkungan Internasional adalah kecerdasan intelektual seperti manajemen kepemimpinan, komunikasi, dan kebutuhan penguasaan keterampilan bernavigasi itu sendiri. Tapi di institusi ini seperti agak melenceng dari apa yang dituntut oleh pasar dunia, bahkan kalau boleh dibahasakan, saya menyebutnya kurang tepat sasaran. Bersyukurlah bagi orang yang pandai melihat dan membaca situasi seperti ini karena dapat mempersiapkan dirinya sendiri dengan berbagai life skills yang sekiranya diperlukan dalam persaingan pasar bebas dan tidak terlena serta berleha-leha dengan target kampus yang kedodoran tersebut. Pihak pembuat kurikulum kampus yang kurang tanggap dan tidak melihat perubahan terhadap tuntutan dunia kerja bagi pelaut menyulitkan lulusannya untuk bersaing di era globalisasi ini.

Yang terjadi sekarang pada sistem pendidikan kita adalah orang yang berada di dalamnya tidak berusaha untuk meng-update kebutuhan “Perkembangan Zaman” sehingga telah menyia-nyiakan kesempatan untuk membentuk generasi yang up to date pula, yang mampu memenuhi perkembangan zaman, yang bisa survive ditengah perubahan zaman dan tidak menjadi gagal dengan berputus asa seperti menjadi pengangguran yang terfokus hanya menjadi pekerja. Orang-orang yang ada dalam sistem pendidikan bangsa ini harus up to date dan terus mengikuti perkembangan zaman, tidak cuek serta hanya berpatokan pada kurikulum yang nyatanya tidak berhasil menurunkan, malah menambah jumlah pengagguran setiap tahunnya. Ya., seorang pendidik sebaiknya selalu tanggap akan perkembangan zaman!. Kurikulum dan pendidik yang up to date seharusnya menjadi ciri sekolah yang bisa diandalkan sehingga bisa membawa generasi muda bangsa ini menjadi generasi yang kreatif, berkualifikasi di zamannya, mampu menghadapi perubahan, dan tidak bersifat konsumtif dengan hanya menjadi pekerja saja. Sekolah adalah tempat pembentukan awal suatu bangsa. Buruknya pendidikan merupakan tanda-tanda awal masa kehancuran dan keterbelakangan bangsa diseluruh aspek, terutama yang paling menonjol pada dunia ekonomi yang juga merupakan sebagai gambaran suatu kondisi umum suatu bangsa. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang terindah dan ternyaman serta menyenangkan bagi generasi muda untuk mulai membangun dirinya dan bangsanya. Sekolah seharsunya dikendalikan dan dijalankan oleh orang-orang yang selalu up to date sehingga dapat membentuk generasi yang up to date juga dan menjadi generasi yang bisa meng-up to date-kan dirinya terhadap perubahan zaman sehingga bisa survive serta membangun bangsanya secara optimal. Sekolah adalah pondasi awal suatu manusia, masyarakat, bangsa dan dunia. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang memilki sistem pendidikan dan pelaku pendidikan yang selalu up to date terhadap perkembangan zaman. Marilah kita menjadi bangsa yang up to date!


12 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Alamakk!! Fandi, yah??? bagus banget tuh tulisannya. Tapi, keningku berkerut membacanya. Habis terlalu serius, sih!. He..he.. bagaimanapun artikel kamu best. He.. he.. selamat yah

4:47 PM

 
Anonymous Anonymous said...

Saya pun bingung. Kenapa kalau orang berbicara tebtang 'SEKOLAH' yang langsung tersirat di kepala kita adalah bekerja. Yang ujung-ujungnya menjadi kaya.

Saya masih ingat ketika masih kelas 2 SMA, seorang teman kelas saya berhenti sekolah karena dia lebih memilih menjadi penjahit. Katanya, lebih cepat mendapatkan uang.

Pada saat yg sama seorang guru berkata seperti ini, "Sebenarnya, saya ingin kerumahnya dan mengajak dia sekolah kembali. Tapi, aku takut. Jangan sampai dia berkata, buat apa saya sekolah, pak? Kan saya sudah kerja!" lalu sang guru berkata lagi, "Jangan kamu sekolah hanya semata-mata untuk mencari kerja. Karena nantinya kamu akan kecewa! Tapi, sekolahlah untuk belajar. Bukan mencari uang!"

Benarkah seperti itu??

Saya bertanya pada diri. Selama ini apa yang saya dapat dari 'SEKOLAH'? yah... banyak yang saya dapat. Di sekolah aku pernah mendapat cacian dan makian seorang guru. Di sekilah juga aku pernah mendapat pujian. Di sekolah juga aku mendapat teman yang berbeda-beda karakter.

Apakah itu semuanya belajar?? Kenapa tidak??? Kan aku belajar untuk menerima cacian dan makian. Juga belajar untuk menerima pujian dan tidak tersanjung. Aku juga belajar kalau teman itu tidak semuanya sama. Ada yg keras kepala, ada yg perhatian, ada yg cuek dan sebagainya.

Lalu kenapa kita masih memilih 'SEKOLAH" pada saat kita sudah tahu kalau sekolah kita sekarang ini tidak memungkinkan untuk membawa kita ke masa depan yg lebih cerah??

Itulah kelemahan kita kali, ya???
Di saat seorang uztas berkhotbah jangan minum-minuman keras. Tapi, di lain hari ia didapati minum alkohol. Lalu mendapat teguran. Apa yang ia katakan?? "Ini bukan mesjid. Ya.. dimesjid memang di larang mabuk. Nanti lupa sebut nama Tuhan!"

Begitu juga seorang dokter yang melarang pasiennya merokok. Tapi malah ia didapati merokok. Apa tanggapannya ketika di tegur?? "Ini bukan RS! Di RS memang di larang merokok! karena di sana banyak pesakit asma!"

Di saat kita sadar bahwa sekolah kita tidak bermutu.. lalu kenapa kita masih cinta sekolah?? Karena tidak sekolah dianggap tidak berguna. Tidak bergengsi.

Tidak usah jauh-jauh!! Biarlah saya mengambil contoh pada diriku sendiri. Aku masih sering diselubungi perasaan kecil hati ketika aku memikirkan bahwa semua teman-temanku lagi asyik-asyik duduk di tempat kuliah. Sedangkan aku memilih bekerja.

Itu karena kita belum bisa menyelaraskan antara hati nurani dan akal pikiran kita. Betul gak??

sorry, yah!! Mungkin komentarnya kagak nyambung! He..he..

10:01 AM

 
Anonymous Anonymous said...

Yup, BRo memank sekolah harus Up to daTe untuk menjamin kualitas lulusannya.....pa lagi zaman kita sudah punya internet sebagai jendela dunia, wow, semua hal terlihat transparan......,^
Tapi, kalau kita meragukan kaum intelektual yang mendapat pendapatan kecil dibanding para pekerja TKI sekarangi ini, sepertinya itu tidak dapat dijadikan tonggak dalam membuktikan kalau sekolah sekarang ini tidak up to date lagi. Hal yang i pahami bahwa kaum intelektual mendapat imbalannya sebagian besar karena proses berpikir dalam pengembangan pengetahuannya dan kepuasan mengaplikasikan ilmunya adalah nilai tertinggi yang didapat. Sedangkan kaum non-intelektual menjadikan nilai nominal sebagai nlai kepuasaan tertinggi mereka....
I juga percaya klu standar keberhasilan orang itu dicapai apabila berhasil memperoleh profesi sesuai doktrin yang ditanamkan utamanya oleh orang tua, walaupun harus bersaing mati-matian untuk mendapat 1 kursi di kedokteran hehehe.....
Tapi benar2 sekolah itu harus up to date...Eh, tapi u jangan bilang sekolah SMAmu itu sekolah biasa cz disana kan u bertemu ma 3 saudaramu yang cute2 ini so u've become one of d lucky bro on dis world hehehehe (Caca&twin)......

4:09 PM

 
Anonymous Anonymous said...

yup, skul manK harus up-to-date

5:36 PM

 
Anonymous Anonymous said...

pertama, gw salut ma lu fan! lu berhasil ngungkapin apa yang lu liat, lu denger, lu rasain, sampe akhirnya lu ngungkapinnya lewat tulisan. salut!!!
secondly, tulisan lu ada benernya juga tapi ada yg menurut gw kurang bener juga, it depends on our point of view. bener krena realitanya sekolah umum ambil contoh SMU lah.. lebih banyak mengajarkan ilmu2 teoritis yang ga aplikatif, jadi lepas sekolah yaaa wassalam....sampe pas sekolah pun kita sering bpikir "penting ga' sih kita belajar ginian???". tapi itu juga tergantung 'n kembali lagi pada target masing2 orang. Bagi orang yag pengen jadi dokter atau profesional lainnya,misalnya, tahapan itu wajib dilalui. ya ga?!
mgkn ini sisi ga benernya, kita sering denger sekolah aja di SMK biar ilmunya kepake! but nyatanya banyak juga lulusan SMK yang ga berhasil mengaplikasikan ilmu yg didapatnya, alias nganggur juga... Nah, thirdly... personally gw nyimpulin kalo semua kembali pada masing2 orang. Lu sukses ato ga lebih banyak faktor lunya sndiri, selain takdir tentunya :-)
terakhir, tapi gw setuju juga lu nulis kaya gini biar para pembuat kurikulum tau apa yg sebenernya dibutuhin...tp lu sebarin jg dong artikel lu ini ke ybs biar lebih manteb ga cuma kalangan terbatas yg nikmatin artikel lu ini. OK bro! Met berlayar di europe ya, jangan lupa pulang! mentang2 ntar dah dapet bule jadi ga inget ma indonesia hehehe...

8:58 PM

 
Blogger .. said...

Semangat!!!
Dan mari 'berbagi Semangat' untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik...

11:56 AM

 
Anonymous Anonymous said...

scul up 2 date kenapa ngga? tapi juga liat2 dulu momentumnya kali ya... gud luck 4 u...

4:21 PM

 
Blogger Unknown said...

Program Buku Induk Siswa dan Guru actually i am very agree with what are you write above the blogs

4:33 PM

 
Blogger aryaherbal said...

http://hammerofthorpaten.com/
http://hammerofthorpaten.com/blog/herbal-hercules-obat-tetes-hercules/
http://hammerofthorpaten.com/obat-hercules-tetes/
http://hammerofthorpaten.com/my-jelly-cream/
http://hammerofthorpaten.com/blog/obat-testo-ultra/
http://hammerofthorpaten.com/blog/ciri-ciri-penirum-asli/
http://hammerofthorpaten.com/titan-gel-rusia/
http://hammerofthorpaten.com/titan-gel-pusat-titan-gel-asli/
http://hammerofthorpaten.com/blog/ciri-ciri-hammer-of-thor-asli/
http://hammerofthorpaten.com/hammer-of-thor-obat-thors-hammer/

1:29 PM

 
Blogger jeje said...

nike air max 95
off-white clothing
ultra boost 3.0
nike requin pas cher
titans jersey
converse shoes
coach outlet store online
polo ralph lauren
tory burch outlet
adidas nmd runner

10:46 AM

 
Blogger Unknown said...

qzz0615
pelicans jerseys
fitflops shoes
jordan 32
ray ban sunglasses
polo ralph lauren
air max 90
tory burch outlet
coach outlet
michael kors outlet
canada goose jackets

10:41 AM

 
Anonymous Progrumit said...

Bagus banget tulisannya, membuat saya termotivasi

5:27 PM

 

Post a Comment

<< Home