UJIAN NASIONAL:Lebih Penting Hasil Ketimbang Proses?
Sebentar lagi, mulai dari tingat SD, SMP, hingga SMA dan SMK akan melaksanakan UN (Ujian Nasional). UN ini menurut rencana akan diadakan oleh sebuah lembaga independen yang terlepas dari pemerintah. Bahkan, keputusan terbaru menyebutkan bahwa hasil UN tidak lagi mempengaruhi kelulusan, melainkan hanya sebagai bahan pertimbangan. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda akan diadakannya UN yang berbeda dari UN tahun lalu. Hingga kini, standar kelulusan masih tetap 4,25 karena belum ada Peraturan Pemerintah yang mengatur masalah UN. Sampai saat ini juga belum ada badan independen yang rencananya akan melaksanakan UN.
Berbagai alasan dikemukakan agar UN ini dapat tetap dilaksanakan. Komisi X yang awalnya menolak rencana pelaksanaan UN, akhirnya menyetujui. Padahal, dari tahun ke tahun, pelaksanaan UN masih belum dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi pendidikan nasional kita. Lihat saja kenyataan bahwa pemerintah menentukan standar kelulusan seorang siswa. Padahal dalam UU disebutkan bahwa faktor kelulusan seorang siswa bukan hanya pada nilai akhirnya saja, melainkan juga mencakup proses dari pembelajaran siswa tersebut. Apakah adil jika seorang siswa dapat dinyatakan tidak lulus hanya karena nilai ujian akhirnya di bawah 4,25.
Tampaknya, pemikiran pemerintah masih terfokus pada hasil akhir. Hal ini pula yang menurun kepada tenaga pendidik maupun siswa. Secara tidak sadar, murid-murid mulai tertekan untuk mendapatkan nilai di atas standar kelulusan, bagaimanapun caranya, halal dan tidak halal.
Jika ditelusuri lebih teliti, ternyata proses pembelajaran di Indonesia masih belum baik. Berbagai sarana dan prasarana pendukung masih belum dapat disediakan oleh pemerintah. Jika demikian, bagaimana mungkin pemerintah mengharapkan adanya hasil yang baik, jika tidak didahului dengan proses dan sarana yang baik pula?
Pertanyaan besar inilah yang berada di balik pelaksanaan UN yang tidak lama lagi akan diselenggarakan. Apakah UN dapat menjadi sebuah tolok ukur bagi kemajuan pendidikan nasional? Jika tidak, untuk apakah UN kali ini dilaksanakan dengan menghabiskan dana sebesar Rp 249 miliar?
Grace Stephanie
Jl Kol Ahmad Syam 29E Jatinangor, Sumedang
catatan: tulisan ini diambil dari Republika online.